L I A (Part II)


"Surat Untukmu dan Untukku dari Aku"
by L I A


Selamat malam, kekasih dalam diam.
Perihal membuatku mencintaimu secara mendalam, kamu juaranya. Perihal mencintaimu hingga terisak, aku juaranya.
Bagaimana kabarmu hari ini?
Baik-baik saja kan?
Apa hari ini orang tuamu masih mengomel dan tidak memberikanmu kebebasan?
Apa perempuan itu masih sering menemuimu diam-diam?
Bahagiakah hidupmu tanpaku?
Kemarilah, aku ingin mendengar ceritamu

Hari ini aku masih seperti biasa, menulis di depan laptop  mendengarkan lagu kesukaanmu di spotify sambil menanti-nanti kamu menghubungiku lagi. Aku hanya ingat janjimu ketika kamu berkata "Kita baik-baik saja, suatu saat aku pasti akan datang mencarimu". Namun nyatanya tidak begitu ya? Hehe
Semenjak kamu pergi tidak ada yang baik-baik saja. Semenjak kamu menyadari bahwa ada yang lebih baik, lalu memutuskan untuk pergi. Kedai kopi yang biasa kita kunjungi, tak menyajikan biji kopi kesukaanku lagi. Malam terkadang terasa lebih dingin, tangan terasa lebih berat.

Teruntuk, laki-laki yang ku cinta setengah mati dan menyakiti aku hingga mau mati. Kapan berpulang? Kamu tahu, tidak akan ada yang mencintaimu dan rela mendengarkan keluhanmu sesetia aku menunggumu selama ini.
Kekasihku, kekasihku yang tak kunjung kembali. Aku bisa janjikan 2 hal yang pasti kepadamu.
1. Aku akan selalu membahagiakanmu bagaimanapun caranya.
2. Aku tidak akan memaksamu memilih antara perempuan pilihanmu atau aku. 

Tidak semua perjuangan membuahkan hasil, aku sadar dan tau kapan waktunya berhenti. Tidakkah kamu malu? Berdalih ingin membahagikanku tapi malah diam-diam bercumbu memeluk perempuan lain. Meninggalkanku "Ini terbaik untuk kita" katamu tanpa sadar hampir hilang warasku karenamu ?
Tapi tak apa sayang, sekuat apapun aku meyakinkanmu, sebaik apapun aku mencoba, aku tetap bukan yang membuatmu tersenyum.
Tak apa sayang, berbahagia sekarang. Aku mengalah, kamu menyerah. Berbahagialah karena bahagiamu adalah bentuk dari kerelaanku, kamu membuang kenangan dan bahagia kita dulu.
Selamat, ❤

.....


Hai aku 👋
Setiap pagi bangun dari tidur selalu ku yakini diriku kalau "everything is gonna be okay"
Minafik!
Kalau aku baik-baik saja, kenapa aku menangis?
Kenapa senyumku ditahan-tahan?
Kenapa tawaku mulai keliatan palsu?
Kenapa harus pura-pura kuat setiap hari?
Kenapa harus nangis untuk tertidur?
Kenapa dadaku selalu sesak tiap ada yang nanyain kabar?
Kalau emang aku baik-baik saja, kenapa aku membangun tembok begitu tinggi sampai gak ada yang bisa manjat?
gapapa, gausa dijawab!

"I'll never love again" kataku, katamu juga begitu. Nyatanya? Ah sudahlah!
Cukup aku yang tau, kenapa aku gak biarin orang masuk ke hidup ku lagi.
Capek ya disakitin? Iya kadang hidup suka bercanda. Kemarin kau buat aku bahagia sebahagia-bahagianya lalu hari berikutnya kau buat aku galau nangis bombai berhari-hari sampai mata bengep berlapis-lapis kantung seperti mata pak SBY. 🤣✌
Sedangkan kamu? sedang asik menikmati perasaan manismu pada perempuan yang baru kamu temukan. 
Seluruh kenangan, berapa cangkir kopi yang dihabiskan bersama, berapa air mata karena gelak tawa atau tangisan rindu. Tiba-tiba semua itu hilang karena memang terkadang hidup sebercanda itu.

"Semuanya akan baik-baik saja" kata seorang teman. Nyatanya tidak juga, setiap persimpangan yang dilalui mengingatkan akan kamu. Kemudian dada terasa sesak. Namun seiring berjalannya waktu kita sadari bahwa kita adalah orang yang berbeda. Bukan lagi seperti dulu, bertanya-tanya gimana jadinya kalau seandainya hubungan kita baik-baik saja? Lalu kita mulai tidak percaya dengan cinta. Hidup memang kadang sebercanda itu.

Ada yang bilang bahwa cinta itu perihal memberikan otoritas kepada seseorang untuk menyakiti kita. Memang benar adanya. Semenjak jatuh cinta sedalam-dalamnya, sejak saat itu juga aku belajar bahwa cinta bukan perihal seberapa banyak gelak tawa yang terdengar. Seberapa banyak cangkir kopi yang kita habiskan bersama. Atau seberapa banyak tisu yang aku gunakan untuk menghapus tangisku akan kamu.
Ternyata cinta memang terkadang bukan untuk semua manusia. Beruntunglah kamu yang sekarang sedang jatuh cinta. Karena terakhir aku periksa, cinta selalu membawa isak tangis air mata.

Anehnya, setelah kesakitan ini hatiku tetap penuh akan kamu.
Kamu orangnya
Kamu bukan orangnya
Kamu orangnya
Kamu bukan orangnya
Bagian memeluk hangat, kamu masih juaranya.
Bagian mendengarkan aku terisak, kamu masih menjadi yang terbaik.
Bagian untuk menyakiti diri sendiri, aku jagonya.

Baiklah hati. Mari kita kembali ke masa lalu sejenak, ketika kamu masih berusaha untuk bersama dengan seseorang yang mengubah hidupmu dalam sekejap.
Mari kembali ke masa lalu sejenak, ketika kamu masih terisak dan pura-pura memiliki keyakinan kalian akan baik-baik saja.
Sampai sini, apakah kamu sudah terasa sesak wahai hatiku? Jika iya, diam saja.

Dia adalah seseorang yang membuatmu merasa berarti walaupun kamu hanya sebutir debu tidak berguna.
Dia adalah orang yang paling yakin bahwa kamu akan menjadi bintang, setidaknya untuk dia seorang.
Dia adalah orang yang kamu tunggu dibalik pintu, lalu berlari loncat kepelukannya ketika dia membuka pintu.
Dia adalah orang yang mengusap air matamu ketika kamu sudah mulai merasa lelah.
Dia adalah yang pelukannya bisa jadi obat ketika malam-malam kamu mulai demam karena stres.
Dia adalah alasan mengapa kamu tidur larut malam menunggu dengan melihat punggungnya hanya untuk tidak mengganggunya yang sedang asik di depan komputernya.
Dia adalah orang yang kamu tunggu pelukannya setiap malam ketika kamu akan tidur.
Dia adalah alasan mengapa kamu menjadi semati sekarang.


Sejak dia pergi dan kamu memutuskan untuk menyerah berusaha, semua sudah berbeda. Pertemuan menjadi tak sehangat dulu, perbincangan menjadi dingin, sentuhan menjadi menyakitkan karena sadar yang menyentuh tidak akan kembali bersamamu, tatapan kasih sayang berubah menjadi tatapan penuh harap berandai-andai semua akan kembali seperti semula.
Kalian masih mencintai, itu hal yang pasti. Tapi semesta yang memastikan, kalian tidak akan pernah bersama.
Telan itu !

Jika boleh mengeluh aku ingin mengeluh tentang usahaku selama ini. Berkali-kali berusaha mati-matian untuk memperjuangkan dan membahagiakan seseorang. Berkali-kali juga ia berakhir bahagia dengan orang lain. Hal ini membuatku merasa seperti Jasa Penitipan Jodoh Orang. Banyak macam alasannya kenapa ia tidak bisa bahagia selamanya denganku, mulai dari restu yang tak pernah aku dapatkan dari kedua orang tuanya, kemudian aku jatuh cinta dengan kekasih orang lain dan diam-diam peran membahagiakannya ku ambil pelan-pelan, kemudian dia direbut oleh orang baru disaat aku sudah berusaha mati-matian membuatnya tertawa.

Sudah tahu tidak bisa berakhir bahagia, kok masih saja diperjuangkan sih?
Ah dasar lemah, kamu tidak tau rasanya menjadikan penat dan sakit hati menjadi makanan sehari-hari.
Cinta ini tanpa pamrih, sedetik saja waktu untuk membahagiakannya akan saya tukar dengan apapun yang ku punya. Perihal apakah kami berakhir bahagia? itu urusan nanti. Secinta itu, eh monmaap 🙊 sebodoh itu! Iya bodoh!

Jangan tanyakan rasa sakit. Sebaik apapun aku, lebih baik perempuan pilihan orangtuanya. Jangan tanyakan rasa kecewa, sebahagia apapun dia yang ku buat, tetap perempuan itu yang akan dia pilih. Jangan tanyakan rasa sedih, dari awal perasaan ini sudah dibangun dari kesedihan. Konon katanya, selalu ada yang terbaik untuk perempuan yang dikecewakan.
"Konon" 💁
Sampai saat ini, masih KONON katanya 🤷
Karena sampai saat ini, namanya masih menjadi nama yang paling sering ku sebut ketika bersenda gurau dengan Sang Pencipta. Beruntunglah kamu wahai kekasih hati dicintai melebihi apapun di dunia ini.

Dan begonya ada yg menciptakan kalimat "Level tertinggi dalam mencintai, adalah melihat orang yang kamu cintai bahagia".
Belum pernah aku mendengar kalimat lebih sampah daripada bumi itu datar hingga aku mendengar kalimat ini. Dada terasa sesak, wajah memanas dan mata tiba-tiba memproduksi air mata lebih banyak dari biasanya. Bagaimana bisa kita turut bahagia, jika usaha kita untuk membahagiakan tidak membuahkan hasil?
Bahagianya bukan bahagiaku.
Bahagiaku bukan bahagianya.
Bagaimana cara mengakhiri sesuatu yang tidak pernah sengaja dimulai?
Bagaimana caranya mengikhlaskan sesuatu yang tidak pernah kita miliki?
Bagaimana caranya untuk bahagia ketika orang yang dibahagiakan sibuk berbahagia dengan orang lain?
Tidak usah dijawab sayang, tidak usah sungkan untuk menyakiti hati orang yang mencintaimu sepenuh hati ini (red - aku).
Mengapa?
Karena hal itu sudah kamu lakukan sejak kamu lebih memilih dia yang membuatmu jenuh daripada aku yang berusaha mati-matian untuk membuatmu tertawa. Aku tidak sedang memaksakan perasaan, aku hanya sedang merasa lebih pantas bahagia bersamamu.

Egois ya? 🤣
Karena prihal mencintaimu aku hanya bisa jadi yang egois.











1300104361999

Komentar

Postingan populer dari blog ini