Soekarno Hatta, 17 Desember 2021





Soekarno Hatta
Jum'at 17 Desember 2021
 
 
Hai,
Sengaja aku tulis ini padahal bisa saja aku ngomong langsung dihadapanmu.
Tapi rasanya tidak akan sanggup untuk bicara tanpa diiringi tangis.
Cengeng ya? Maaf…
 
Jujur,
Detik-detik setelah kamu pergi tanpa sepatah katapun dan kita menjadi dua orang asing adalah masa-masa tersulit untukku
Tanpa pesan
Tanpa panggilan
Tanpa suaramu
Tanpa melihatmu
Yang bisa kulakukan hanyalah membiasakan diri agar tetap waras tanpa kamu. 
 
Rindu? Pasti.
Kurasa kamupun tau pasti karena perpisahan ini jelas sekali bukan mauku
“akan ku akhiri semua tentangmu di akhir desember nanti” ucapku setiap kali mengingatmu dan berakhir isak tangis panjang yang selalu membantuku terlelap ditengah malam
Mana mungkin hatiku tidak luluh saat kamu tiba-tiba sapa lagi?
Mana mungkin aku bisa berkata “tidak” pada orang yang selama 5 tahun ini selalu ku “iya” kan?
Mana mungkin aku tidak menerimamu sedangkan hatiku masih ingin denganmu?
Aku rela hancur seribu kali asal bayarannya bisa denganmu.
 
Tahun lalu lambungku bermasalah sampai tidak bisa makan tanpa muntah 
Tahun ini aku tenggorokanku sampai tidak bisa mengeluarkan suara seminggu lamanya
Berkali-kali terbesit rasa untuk mengakhiri saja hidup ini
Tapi aku tau ibuku akan menangis dan bapakku akan kecewa seumur hidup.
Lalu kuminta Allah SWT sudahi saja hidupku, dan berakhir dosa.
Aku yakin hati orangtuaku akan jauh lebih sakit dari yang aku rasa ketika tahu anak perempuan satu-satunya disakiti, dibuang dan dirusak mentalnya.
Tapi aku memilih untuk diam dan tetap bangun esok hari dengan tertawa.
Aku takut mereka akan membencimu.
Meskipun orang terdekatmu sudah jauh-jauh hari membeciku karena mencintaimu.
 
Aku bisa apa? 
Waktu kamu tiba-tiba pergi, kamu sama sekali tidak memberiku pilihan selain menyerah.
Kamu sama sekali tidak memberiku kesempatan selain mengaku bahwa kamu ingin hubungan ini diakhiri saja.
 
Jadi, biarlah begitu. 
Mungkin pilihanmu terlahir atas bahagia yang tidak bisa kamu temukan padaku selama 5 tahun terakhir.
Mungkin pilihanmu terlahir atas beban-beban yang selama ini selalu aku berikan.
 
Singkatnya,
Pilih jalan terbaik yang bisa kamu ambil untukmu meski artinya ada aku yang harus dikorbankan.
Melepaskanmu adalah menghancurkan aku juga.
Sebagian yang sudah kuserahkan akan berantakkan lagi.
Tapi tak apa, asal keberantakanku membuatmu lebih berarti, jalani saja.
Sedih yang datang padaku, biar kupeluk dalam segala upayaku.
Aku mendoakan kamu dalam sebaik-baik doa yang bisa aku lakukan.
Untuk kesibukan-kesibukan yang sekarang sedang kamu jalani, semoga selalu dimudahkan oleh-Nya.
 
Satu hal yang pasti bahwa,
Aku selalu bersyukur pernah ada kamu dihidupku walaupun tidak sampai akhir, aku senang.
Terima kasih karena sudah menjadi pendengar yang baik dan selalu ada disaat aku butuh tempat untuk bercerita dan menangis walaupun aku tau kamu pusing kan liat aku nangis? Haha
Sekarang si cengeng ini pamit ya.
Maaf kalau kamu harus ketemu orang sepertiku.
 
Terakhir,
Untuk semua luka yang kamu berikan kemarin, sudah ku ikhlaskan.
Berbahagialah, jangan buat pengorbananku untuk kebahagiaanmu sia-sia. 

 

...


Sincerely
nevi nevi nevi

Komentar

Postingan populer dari blog ini